Rumah gubuk yang di kelilingi sawah dengan pemandangan yang
bisa membuat mata tak berkedip saat memandangnya itu menjadi tempat tinggal
seorang gadis yang menjadi rebutan para lelaki remaja di kampungnya. Samapai
saat ini gadis itu terus menjadi topik pembicaraan masyarakat yang selalu
memujinya bagaikan artis bintang film papan atas yang sedang naik daun.
Gadis cantik yang bernama Azkia Felisya Almira itu hanya
tinggal berdua dengan nenek angkat yang mengasuhnya sejak kecil hingga tumbuh
dewasa menjadi anak yang begitu cerdas dan mempunyai paras yang cantik bagaikan
bidadari. Kehidupan felisya tidak sebahagia anak-anak yang lalin karna dia
hanya seorang anak pungut yang ditemukan dalam sebuah kebun milik salah satu warga
di tempat tinggalnya saat ini. Hingga saat ini felisya tidak tau siapa orang
tua kandungnya dan dari mana ia berasal.
Kini felisya telah dewasa dan sudah mengetahui semua tentang
dirinya karna nenek kesayangannya itu selalu menceritakan tentang dirinya tanpa
ada satu hal yang di sembunyikan darinya. Saat pertama kali neneknya
menceritakan semua tentang dirinya, felisya tak percaya kalau 17 tahun yang
lalu dirinya menangis di tengah kegelapan malam sendiri di dalam kebun yang tak
jauh dari pemukiman warga, dirinya di temukan dalam ranjang bayi yang mungil
dan hanya berbalut kain hangat yang lembut, karna warga yang di kagetkan dengan
suara itu lalu berlari mengerumuninya dan membawanya ke balai desa, sesampai di
balai desa kemudian dia diumumkan kepada masyarakat yang masih kaget akan
keberadaannya, setelah bapak kepala desa selesai berbicara mengenai dirinya
kemudian salah satu diantara masyarakat itu angkat tangan dan berbicra “bapak
kepela desa yang terhormat jika di izinkan biarlah aku yang mengasuh anak ini
karna setelah suami dan anakku meninggal aku hanya tinggal sendiri”
“jika memang semua masyarakat mengizinkan anak ini tinggal
bersama ibu maka aku akan mengizinkannya”
“aku mohon pak karna kasihan anak yang tak berdosa ini jika
terlalu lama kita memutuskan siapa yang akan menjadi pengasuhnya”. Semua
masyarakat setuju dengan perkataan ibu Hanifah yang di ketahui baik hati, jujur
dan selalu bersikap sopan kepada semua orang ini bisa merawat dengan baik anak
malang itu.
Tanpa berfikir panjang lagi bapak kepala desa menyerahkan
anak itu kepadanya lalu membawanya pulang. Dalam ranjang anak mungil itu
terdapat beberapa helai kain dan sebuah amplop yang berisi kalung emas yang
bertuliskan FELISYA dan secarik kertas yang bertuliskan tentang Cinta Ibu Untuk Azkia Felisya Almira,
Surat yang di titipkan seorang ibu kepada anak mungil itu yang tak pernah di
baca oleh nenek Hanifah karna ia berfikir bahwa surat itu untuk felisya bukan
untuk dirinya sehingga dia menyimpan surat itu dan akan memberikannya kepada
felisya nanti ketika ia sudah besar dan pandai membaca.
Sepanjang hidupnya felisya tak pernah mengeluh meski ia sudah
tau semua tentang dirinya karna baginya sebuah takdir yang telah di garisi oleh
Tuhan untuk dirinya itu adalah baik dan tiada manusia yang bisa menjauhi takdir
itu, manusia hanya bisa berdo’a, berusaha dan tawakkal “Jika seorang hamba bisa berlari dari kenyataan maka akulah yang akan
berlari paling jauh dari kenyataan ini karna kenyataan hidup yang aku hadapi
dari sejak kecil sungguhlah kehidupan yang tiada orang inginkan namun Tuhan tak
sejahat itu padaku, setelah kegelapan yang ku hadapi sendiri lalu Tuhan
mengirimkan cahaya yang tak pernah padam hingga saat ini” gumam felisya
sendiri.
Felisya hanya bisa bercerita sendiri tentang hidupnya
“Nenek angkatku sudah
bagaikan malaikat pelindungku, ia merawatku dengan kasih sayang dan cinta yang
tulus melembihi cinta ibuku. Aku bersyukur meski mata dan tubuhku ini tak
pernah memandang dan merasakan kasih sayang dari ibu yang pernah mengandung dan
melahirkanku ke dunia ini telah menitipkan diriku pada malaikat yang selalu
menyayangiku. Jika suatu saat aku bisa bertemu dengan seorang ibu yang pernah
melahikanku kedunia ini maka aku akan memeluknya dengan cinta tanpa aku
bertanya kenapa dia meninggalkan diriku sendiri di tengah kegelapan malam karna
bagiku bertanya tentang alasan dia meningglakan diriku itu tidak penting, sebab
setiap orang pasti melalukan sesuatu itu dengan alasan yang positif sama
seperti alasan nenek Hanifah ingin merawat diriku”.
Hari-hari telah felisya lewati dengan kepercayaan diri, bulan
terus berganti dan bertahun-tahun ia menanti kedatangan seorang ibu yang akan
memanggil namanya dengan suara yang lembut menyayat hati, namun itu belum saja
terjadi. Setiap malam bersama nenek Hanifah dia selalu bertanya tentang semua
itu dan dia selalu menjawab kalau masa yang felisya rindukan suatu saat pasti
akan terjadi.
“nek kenapa ibu tak pernah mencariku?” tanyanya sambil tidur
di atas pangkuannya “ibumu sengaja tak mencarimu sampai saat ini nak karna dia
kasihan pada nenek, jika kamu di ambil olehnya maka siapa yang akan menemani
nenek disini? Apa felisya tega meninggalkan nenek?”
“felisya tidak mau meninggalkan nenek sendiri karna aku
sangat sayang pada nenek tapi felisya juga ingin melihat wajah ibuku nek”
“wajah ibumu pasti tak jauh beda dengan wajahmu felisya”
“darimana nenek tau? Apa nenek pernah bertemu dengan ibu”
“nenek tidak pernah bertemu dengan ibumu tapi nenek yakin
kalau wajah ibumu tak jauh beda dengan wajahmu yang cantik dan manis ini”.
Nenek mencubit pipinku sambil tersenyum memandangku “sudahlah besok lagi kamu
bertanya yea nak, sekarang lebih baik kamu tidur karna besok kamu harus
berangkat sekolah pagi-pagi”. Felisaya pun mengangguk lalu berbalik arah dan
nenekpun tidur terlebih dahulu tapi dia masih saja belum bisa tidur karna
dirinya masih memikirkan sesuatu yang membuat mata dan pikirannya terganggu
untuk bisa tidur hingga akhirnya felisya bangun dan menatap wajah nenek yang mukanya
masih terlihat muda meski usianya sudah tak muda lagi, dia ambilkan kain lalu
menyelimuti tubuh kurusnya itu sambil berfikir “seandainya aku bisa menghabiskan malam bersamamu ibu mungkin aku akan
sangat bahagia dan nenek akan selalu tersenyum melihatku, sekarang anakmu sudah
besar dan cantik tanpa engkau bisa melihat kekurangan dari diriku karna
malaikat pengasuh yang Tuhan titipkan kepadaku sangatlah panadai merawatku ibu.
Datanglah kepadaku ibu lalu peluk tubuhku dan rasakan perbedaan pada saat kau
memelukku sebelum engkau tinggalkan aku dulu, aku sangat merindukanmu, aku tau
ibu juga pasti sedang merindukanku disana meski aku tak tau dan tak bisa
membayangi wajahmu namun seperti kata nenek kalau ibu itu pasti secantik
diriku, apa ibu tau jika nanti ibu datang kepadaku maka aku akan memeluk ibu
dengan erat dan menceritakan semua tentang nenek dan tentang desa tempat engkau
tinggalkan aku dulu, tapi aku mau minta ma’af pada ibu kalau aku tak pernah
membaca surat dari ibu yang pernah engkau selipkan di ranjang bayiku dulu
sebelum ibu meningkalkanku karna aku tidak mau tau tentang alasan ibu
meninggalkan diriku karna aku juga tak mau alasan yang terpenting adalah aku
tau bahwa ibu selalu mencintaiku dan perlu ibu tau kalung emas yang ibu berikan
kepadaku itu selalu aku pakai dalam menemani hari-hariku tanpa pernah aku
lepaskan dan saat inipun aku sedang memandangnya karna setiap aku memandangnya
aku selalu merasakan kasih sayangmu ibu, aku selalu berdo’a kepada Tuhan untuk
selalu melidungi ibu dimanapun ibu berada”. Tak tersa setelah felisya
melamun panjang ternyata air matanya menetes ke wajah nenek Hnifah hingga
membuatnya berbalik kehadapan felisya sambil memeluk tangannya hingga membuat
felisya terkejut dan sadar dari lamunannya akhirnya felisya buru-buru tidur
sebelum nenek Hanifah bangun dan melihat dirinya menangis.
Pagi hari yang felisya dan nenek Hanifah tunggu telah tiba karna
pada hari ini di sekolahnya akan ada pengumuman kelulusan tingkat SMA dan
pastinya felisya juga akan merasa degdegan karna hari ini dia akan mengetahui hasil
kerja keras yang telah ia lakukan untuk menggapai kelulusan hari ini. Felisya tak
menyangka kalau hari ini dirinya akan mengakhiri masa SMA-nya. Hari kelulusan
ini juga seperti biasa semua orang tua murid di undang untuk menyaksikan
kelulusan anak-anak mereka dan seperti biasa pula untuk keempat kalinya felisya
akan merasakan kelulusan dengan di dampingi oleh nenek kesayangannya karna
mulai dari kelulusan TK, SD, SMP yang telah felisya lalaui itu hanya bersama
nenek Hanifah dan hari ini untuk keleusan SMA.
Seperti biasa juga dari sejak TK samapai SMA kepala sekolah
selalu memberikan penghargaan kepada siswa-siswinya yang mendapatkan nilai
terbaik dan felisya tak pernah ketinggalan dalam hal itu sebagai penerima
penghargaan terbaik sehingga pada saat ia lulus SMP tiga tahun yang lalu pula
dia di nobatkan sebagai lulusan terbaik dan mendapatkan Beasiswa untuk melajutkan
ke tingkat SMA dan selama ia meraih
semua itu hanya nenek yang menemaninya naik ke atas panggung. Sebenarnya
felisya sangat ingin menunjukkan semua itu kepada orang tuanya terutama pada ibunya
karna dia tak bisa membayangkan kebahagiaan mereka saat melihatnya mendapatkan
semua penghargaan itu, tapi sampai saat ini dia hanya bisa menyakini dirinya
sendiri kalau setiap dia mendapatkan penghargaan ibunya pasti menatap dari
kejauhan dengan senyuman dan tetesan air mata kebagian.
Bapak kepala sekolah beserta bapak ibu guru telah sampai di
sekolah dan semua murid bersama para walinya telah duduk di kursi yang telah di
sediakan. Beberapa sambutan telah di sampaikan dan berbagai macam kereasi siswa
telah di tunjukkan di atas panggung termasuk kereasi felisya yang selalu
terkenal dengan puisi dan drama acting yang selalu dia tampilkan. Setelah drama
acting felisya dan teman-temannya di tampilkan kemudian dia di panggil untuk
membaca puisi, diapun beranjak dari tempat duduknya dengan langkah yang penuh
semangat menuju ke atas panggung dengan membawa selembar kertas yang berisi
puisi dengan judul “Meninggalkan Malam
Bersamamu” dan di iringi dengan tepuk tangan yang meriah dari para guru,
temen-temen dan orang tua wali murid. Dengan percaya diri felisya mengucap
salam dan membuka kertas itu lalu mulai membacanya dengan suara yang sangat
indah dan menyayat hati
Bintang mulai bertaburan ditemani
bulan dengan cahaya cinta
Betapa setianya mereka menemani
kegelapan
Bintang cilik menjadi penghias
kecantikanmu bila di pandang
Cahaya bulan menerangi gelapnya malam
Ketika engkau tiba wahai malam
Semua ciptaan seakan takut padamu
Begitu pula dengan gadis cilik itu
Suara nyaringnya terdengar menjerit
memanggil seseorang
Semua insan hanya mendengar dari
kejauhan
Mereka melihat dan mengangkatmu dari
ranjang
Siapakah ibu yang melahirkanmu
Meninggalkan malam bersamamu
Engkau gadis yang tak berdosa
Mengapa engakau menangis disisni
Masikah ada cinta dalam hidupnya
Untuk datang memelukmu dalam
kegelapan
Hanya kasih sayangmu yang dia
rindukan
Sampai setiap malam tiba engkau diimpikan
Wahai orang yang telah melahirkan
Do’a selalu ia panjatkan pada Tuhan
yang menciptakan
Walau dia tak tau apakah engkau
mendengar dari kejauhan
Cintamu selalu menempel di dadanya
Kalung emas yang engkaku berikan
Dengan nama Felisya yang engkau
tuliskan
Kini gadis cilik itu telah dewasa
Masih menanti pelukan kasih dan cinta
Meninggalkan Malam
Besamamu
Oleh Azkia Felisya
Almira
Air mata mengalir dari pelupuk mata semua orang yang
mendengar puisi yang di bacakan oleh felisya karna semua tau kalau puisi itu
berisi tetang dirinya yang merindukan pelukan kasih sayang seorang ibu. Felisya
pun tak bisa menahan air matanya dan tiba-tiba seorang wanita cantik yang
berkulit putih dan bertubuh tinggi dengan balutan busana muslimah memeluknya
dari belakang sambil mengatakan padanya “ibu
selalu rindu padamu anakku, ibu selalu menyaksikan keceriaanmu sehingga ibu
malu untuk mendekatimu karna ibu takut kamu tak akan menerima ibu sebagai orang
yang telah melahirkanmu namun setelah ibu mendengar puisimu ibu beranikan diri
untuk naik dan memelukmu tapi ibu mau minta ma’af kepadamu kalau selama ini ibu
bersama nenekmu tidak pernah mangatakn yang sebenarnya kepadamu karna bila
malam tiba ibu selalu mendatangi rumah nenek Hanifah hanya untuk memeluk dan
mencium keningmu, tapi untuk hari ini dan seterusnya ibu dan nenek tidak akan pernah
berbohong lagi padamu nak”. Felisyapun kaget karna dia masih tak percaya kalau yang memeluk dan
membisikkan kata-kata itu adalah ibunya namun belum jelas ia memandang wajahnya
lalu nenek Hanifah datang memeluk mereka berdua “felisya akhirnya mimpimu menjadi kenyataan, kini ibumu telah datang
untukmu selamanya dan akan tinggal bersama kita, apa felisya mau mengajak ibumu
tinggal bersama kita tanpa engaku memarahi atau memusuhi ibumu? Apakah cerita
puisimu itu benar kalau engkau rindu akan cinta dengan peluk kasih sayang
ibumu? Jika semua itu benar maka hari ini mimpu akan menjadi kenyataan sayang”.
Isak tangis meraka masih terdengar hingga membuat Felisya juga tidak bisa
menjawab pertanyaan nenek kesayangannya itu, dia hanya bisa menganggukkan
kepalanya sambil menangis dan turun dari atas panggung bersama ibu dan nenek
angkatnya. Setelah beberapa menit acaranya di lanjutkan kembali namun
pemandangannya agak sedikit berbeda karna semua orang yang ada di acara
itu masih ada yang mengusap air matanya
dan ada yang matanya memerah gara-gara menangis. Acaranya terlihat sangat
hening sehingga pada akhirnya acara yang di tunggu-tunggu oleh semua
siswa-siswi kelas 3 SMA itu sudah di sebut oleh MC “acara pengumuman kelulusan
dan peraih nilai terbaik pada tahun ini akan segera di sampaikan oleh bapak
kepala sekolah, kepada yang terhormat Bapak Ahmad Wijayanto, M.pd kami
persilahkan” suara yang terucap jelas itu akhirnya membuat semua orang bertepuk
tangan dan di hiasi dengan rasa tegang.
“assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh” ucap bapak
kepala sekolah
“wa’alaikumusslam warohmatullahiwabarokatuh” jawab semua
orang yang hadir disana dengan serempak
“waktu yang di tunggu-tunggu oleh para siswa-siswiku kini
akhirnya tiba, disini bapak guru tidak akan berpanjang lebar lagi karna ini
sudah siang dan cacing-cacing di perut sudah
mulai berkumandang dan berteriak-teriak sambil menendang-nendang” lawak
pak guru membuat semua orang tertawa “baiklah saya akan mengumumkan kepada
siswa-siwiku yang tercinta mengenai kelulusan kalian dan tahun ini agak berbeda
cara pengumumunnya jika tahun kemarin kami dari pihak guru membagikan kelulusan
dengan memberikan amplop kepada satu persatu siswa kami namun sekarang saya
lansung yang akan mengumumkan siapa yang lulus dan tidak beserta siapa yang
mendapat nilai terbaik” ucap bapak kepala sekolah hingga membuat siswa-siswi
mendesah dan merasa sangat tegang “baiklah sekarang bapak guru akan mulai
mengumumkan siapa yang lusus dan tidak, lalu
berlanjut pada siapa yang mendapat nilai tebaik”
Lalu pak guru mengumumkan dengan suara yang sangat jelas dan
lantang “untuk tahun ini pak guru” bapak
kepala sekolah menghentikan ucapannya sehingga membuat semua orang tegang
terutama para siswa-siswi beserta para wali murid “tahun ini kita patut
bersyukur karana semua siswa siswiku yang sangat saya cintai lulus seratus
persen artinya semuanya lulus” mendengar ucapan itu semuanya bertepuk tangan
sambil tersenyum lepas dan tidak ketinggalan suara ribut siswa-siswi yang mendengar
berita yang sangat membahagiakan itu bersorak hingga semutpun tak berani keluar
karna takut di injak oleh mereka “sudah-sudah siswa-siswiku tercinta jangan
terlalu berlebihan, sekarang bapak guru akan mengumumkan siapa diantara kalian
yang menadap nilai terbaik dan yang akan mendapatkan beasiswa untuk melajutkan
studynya dengan geratis atau tanpa biaya sepeserpun” semua siswa terdiam dan
mendengarkan apa yang di sampaikan oleh bapak kepala sekolah “kita mulai dari
siswa yang mendapat nilai tertinggi ketiga, nilai tertinggi ketiga di raih oleh
siswi kami yang bernama Yuli Maulida putri dari bapak Pahrurrozi, S.E dan yang
mendapat nilai tertinggi kedua di raih oleh siswa kami yang bernama Ahmad
Ferdiansyah putra dari bapak Budianto” tepuk tangan sangat meriah terdengar
namun tinggal satu yang belum di sebutkan kepala sekolah yakni peraih nilai
terbaik pertama.
“selanjutnya yang terahir adalah peraih nilai tertinggi
pertama, sipa kira-kira?” Bapak kepala sekolah bertanya tapi semua orang
terlihat seakan tau siapa orang yang akan mendapatkannya karna seperti biasa
“pasti si anak cerdas itu yang akan mendapatkannya” gumam para wali murid yang
mengenal felisya. Bapak sekolahpun melanjutkan pengumumannya “selain dia
mendapatkan beasiswa dia juga mendapatkan hadiah yang sudah lama ia nantikan
dan dia adalah Azkia Felisya Almira putri dari ibu Azkia Felisya Syafira dan
cucu dari nenek Hanifah” ucap bapak sekolah dengan lantang dan lagi-lagi tepuk
tangan yang meriah kembali riuh menghidupkan suasana tetapi ada pemandangan
yang membuat semua orang terdiam karna Felisya tak kunjung naik ke atas
panggung sebab masih menangis di dalam ruang guru sambil tak mau melepas
pelukannya dari tubuh ibunya karna suatu impian terbesarnya kini telah
tercapai. Matanya sudah membengkak, tapi bukan hanya dia nenek Hanifah dan
ibunya juga masih memelukknya dengan erat “silahkan kepada siswa-siswiku yang
sudah saya sebutkan namanya utuk naik ke atas panggung bersama orang tuanya
untuk menerima penghargaan” sebut bapak kepala sekolah karna Maulida dan ferdi saja
yang sudah berada di atas panggung tapi felisya belum juga terlihat sampai
akhirnya dia di jemput oleh salah seorang guru dan membawanya ke atas panggung
bersama ibu dan neneknya.
Pembagian penghargaan telah selesai dan semua siswa-siswi
bersama wali murid beserta semua guru melakukan foto bersama. Tahun ini adalah
tahun pertama bagi felisaya bisa berfoto bersama dengan seorang ibu di hari
yang kesekian kalinya ia mendapatkan penghargaan karna biasanya dia hanya bisa
berfoto bersama nenek Hanifah saja dan tahun ini menjadi tahun yang tidak akan
pernah ia lupakan “terima kasih Tuhan, hari ini engkau telah memberikan
penghargaan yang tidak akan pernah aku lupakan selama hidupku” bisik felisya
dalam hati.
Para orang tua wali murid berjabat tangan dengan ibunnya
felisya sambil memberikan selamat kepada felisya.
Rumah gubuk tempat ia tinggal bersama nenek Hnifah itu
sekarang bertambah lagi dengan ibunya tercinta yang sangat ia rindukan. Rumah
itu terlihat semakin ceria setelah kedatangan syafira ibu dari felisya.
Untuk pertama kalinya syapira memandangi dengan jelas rumah
sederhana yang di penuhi dengan foto dan penghargaan-penghargaan yang telah di
raih oleh anak yang pernah ia tinggalkan sendiri di tengah kebun dahulu, sambil
meneteskan air mata penyesalan karna telah meninggalkan anak secerdas felisya. “ibu berjanji padamu nak, mulai hari ini ibu
akan terus menemanimu kemanapun kamu pergi nak, tak ingin ibu membuang
kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada ibu saat ini, ibu akan selalu
bersamamu sayang” gumam syafira sambil memeluk foto felisya.
Malam kelahiran felisya tiba dan ibunya merayakannya dengan
sangat meriah dengan mengundang semua masyarakat desa dan semua teman-teman
felisya. Setelah 17 belas tahun felisya hanya merayakan hari jadinya berdua
dengan nenek angkatnya namun kini sangat berbeda karna semua masyarakat desa
dan teman-temannya merayakan hari jadinya. Rasa bahagiapun tak bisa di
ungkapkan felisya dan nenek angkatnya ketika melihat semua keluarga ibunya
datang merayakan hari jadinnya yang ke 18 tahun dan menerima felisya sebagai
bagian dari kehidupan mereka yang selama ini mereka tidak pernah terima karna
ibunya yang pergi dari rumah dan menikah dengan laki-laki miskin yang tak
mereka sukai hingga pada akhirnya suami syafira meninggal dan felisya lahir
tanpa seorang ayah.
Kehidupan yang di lewati syapira ternyata lebih pahit dari
kehidupan felisya yang hanya di tinggalkan di tengah malam yang gelap dalam
kebun namun bisa lansung mendapatkan kasih sayang namun syapira tidak, ketika
ia di asingkan oleh orang tuanya dia harus hidup dalam kerasnya cobaan. Setelah
di tinggal suami dia harus bekerja sendiri namun tak semudah itu ia bekerja
karna orang tuanya yang tak lain adalah seorang bangsawan yang kaya raya itu
telah membayar semua orang untuk tidak memberikan pekerjaan padanya sehingga ia
harus tega meninggal anaknya untuk memcari pekerjaan di luar kota.
Hari jadi felisya yang ke 18 tahun kini menjadi hari dan
tahun pertama ia bertemu dengan ibunya dan semua keluarganya. Kebahagiaan
felisya tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata namun ia hanya bisa mengatakan “aku akan terus meninggalkan malam yang
indah bersamamu ibu dan bersama semua keluarga kita termasuk nenek hanifah”
bisik hati kecilnya sambil memeluk ibu dan nenek beserta semua keluarganya.
Ayuni Anwar. Lahir
31-12-1995, di NTB, Suka bermimpi dan bercanda