View AllUpdate

SUJUD TERPANJANG Oleh Suliyana - NTB

SUJUD TERPANJANG Oleh Suliyana - NTB

0
. Malam terpanjang dimana aku merasa mengeja nafasku. Gemuruh  saling bersahut, embun langit meluruhkan titik-titiknya lebat. Maafkan jika ibadahku tak sebaik kekasih-kekasih-Mu ya Rabb, hapuskan segala khilafku yang tiada mampu terhitung angka sebab aku hanyalah tempat lupa dan alfa.
Kupandang wajah ibu lekat. Garis-garis halus di wajahnya kian jelas memperlihatkan betapa manis asin hidup telah ia lewati . Kulihat sekilas air bening menitik di wajahnya. Oh malaikatku menangis.
“Tak apa bu, aku baik-baik saja” ucapku layu,  aku berusaha menahan sesak luar biasa di dada. Aku tak ingin melihat ibu menangis lagi. Maafkan putri semata wayangmu yang tak bisa membahagiakanm, bahkan menantu idamanmu pergi. Sebab ia hanya pura-pura mencintaiku. Dan sungguh aku tak ingin kau itu, sudah terlalu banyak deritamu karenaku.
Genap sudah purnama bertengger lima kali di peraduannya, selama itu pula aku tak pernah meninggalkan pembaringan yang sudah bosan aku memandangnya, tapi kuyakin inilah cara Tuhan meringankan timbangan dosa. Sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah milik Tuhanku, lantas penyakit ini kuanggap sebagai surat cinta dari Rabbku. Leu Kimia merajai tubuh ringkihku, ia menggerogoti sel-sel darah merah dan menjalar menguliti sum-sum tulangku. 1001 rasa  mewarnai perihnya sekujur tubuhku.
Aku ikhlas
“Bu, aku ingin solat” mendengar keinginanku ibu langsung membantuku berwudhu di tempat tidur, aku tak mampu berjalan bahkan bangun pun aku sudah tak sanggup.
Aku merasa Tuhan sangat dekat. ibu memakaikanku mukena-rapi dan cantik sekali.  Kumulai sholatku dengan rintikan embun yang tak mampu tertahan di kelopak netraku. Aku sholat dengan duduk, sebab berdiri dan rukukku dengan hati, lantas sujud panjang.  Sujud  terpanjang yang pernah ibuku saksikan. Ibu menanti bangunku dari sujud dengan bergetar, getir mengalir.
Dan inilah sujud terakhirku untuk menemui Tuhanku.


Penulis bernama lengkap Suliyana, dan akrab disapa Nana lahir di Sumbek, kec.  Kopang. Bisa di sapa lewat akun Facebook Nana cherry Eyes bisa juga di suliyanahir@gmail,com atau di 085934673540
MENINGGALKAN MALAM BERSAMAMU Oleh Ayuni

MENINGGALKAN MALAM BERSAMAMU Oleh Ayuni

0
Rumah gubuk yang di kelilingi sawah dengan pemandangan yang bisa membuat mata tak berkedip saat memandangnya itu menjadi tempat tinggal seorang gadis yang menjadi rebutan para lelaki remaja di kampungnya. Samapai saat ini gadis itu terus menjadi topik pembicaraan masyarakat yang selalu memujinya bagaikan artis bintang film papan atas yang sedang naik daun.
Gadis cantik yang bernama Azkia Felisya Almira itu hanya tinggal berdua dengan nenek angkat yang mengasuhnya sejak kecil hingga tumbuh dewasa menjadi anak yang begitu cerdas  dan mempunyai paras yang cantik bagaikan bidadari. Kehidupan felisya tidak sebahagia anak-anak yang lalin karna dia hanya seorang anak pungut yang ditemukan dalam sebuah kebun milik salah satu warga di tempat tinggalnya saat ini. Hingga saat ini felisya tidak tau siapa orang tua kandungnya dan dari mana ia berasal.
Kini felisya telah dewasa dan sudah mengetahui semua tentang dirinya karna nenek kesayangannya itu selalu menceritakan tentang dirinya tanpa ada satu hal yang di sembunyikan darinya. Saat pertama kali neneknya menceritakan semua tentang dirinya, felisya tak percaya kalau 17 tahun yang lalu dirinya menangis di tengah kegelapan malam sendiri di dalam kebun yang tak jauh dari pemukiman warga, dirinya di temukan dalam ranjang bayi yang mungil dan hanya berbalut kain hangat yang lembut, karna warga yang di kagetkan dengan suara itu lalu berlari mengerumuninya dan membawanya ke balai desa, sesampai di balai desa kemudian dia diumumkan kepada masyarakat yang masih kaget akan keberadaannya, setelah bapak kepala desa selesai berbicara mengenai dirinya kemudian salah satu diantara masyarakat itu angkat tangan dan berbicra “bapak kepela desa yang terhormat jika di izinkan biarlah aku yang mengasuh anak ini karna setelah suami dan anakku meninggal aku hanya tinggal sendiri”
“jika memang semua masyarakat mengizinkan anak ini tinggal bersama ibu maka aku akan mengizinkannya”
“aku mohon pak karna kasihan anak yang tak berdosa ini jika terlalu lama kita memutuskan siapa yang akan menjadi pengasuhnya”. Semua masyarakat setuju dengan perkataan ibu Hanifah yang di ketahui baik hati, jujur dan selalu bersikap sopan kepada semua orang ini bisa merawat dengan baik anak malang itu.
Tanpa berfikir panjang lagi bapak kepala desa menyerahkan anak itu kepadanya lalu membawanya pulang. Dalam ranjang anak mungil itu terdapat beberapa helai kain dan sebuah amplop yang berisi kalung emas yang bertuliskan FELISYA dan secarik kertas yang bertuliskan tentang Cinta Ibu Untuk Azkia Felisya Almira, Surat yang di titipkan seorang ibu kepada anak mungil itu yang tak pernah di baca oleh nenek Hanifah karna ia berfikir bahwa surat itu untuk felisya bukan untuk dirinya sehingga dia menyimpan surat itu dan akan memberikannya kepada felisya nanti ketika ia sudah besar dan pandai membaca.
Sepanjang hidupnya felisya tak pernah mengeluh meski ia sudah tau semua tentang dirinya karna baginya sebuah takdir yang telah di garisi oleh Tuhan untuk dirinya itu adalah baik dan tiada manusia yang bisa menjauhi takdir itu, manusia hanya bisa berdo’a, berusaha dan tawakkal “Jika seorang hamba bisa berlari dari kenyataan maka akulah yang akan berlari paling jauh dari kenyataan ini karna kenyataan hidup yang aku hadapi dari sejak kecil sungguhlah kehidupan yang tiada orang inginkan namun Tuhan tak sejahat itu padaku, setelah kegelapan yang ku hadapi sendiri lalu Tuhan mengirimkan cahaya yang tak pernah padam hingga saat ini” gumam felisya sendiri.
Felisya hanya bisa bercerita sendiri tentang hidupnya
“Nenek angkatku sudah bagaikan malaikat pelindungku, ia merawatku dengan kasih sayang dan cinta yang tulus melembihi cinta ibuku. Aku bersyukur meski mata dan tubuhku ini tak pernah memandang dan merasakan kasih sayang dari ibu yang pernah mengandung dan melahirkanku ke dunia ini telah menitipkan diriku pada malaikat yang selalu menyayangiku. Jika suatu saat aku bisa bertemu dengan seorang ibu yang pernah melahikanku kedunia ini maka aku akan memeluknya dengan cinta tanpa aku bertanya kenapa dia meninggalkan diriku sendiri di tengah kegelapan malam karna bagiku bertanya tentang alasan dia meningglakan diriku itu tidak penting, sebab setiap orang pasti melalukan sesuatu itu dengan alasan yang positif sama seperti alasan nenek Hanifah ingin merawat diriku”.
Hari-hari telah felisya lewati dengan kepercayaan diri, bulan terus berganti dan bertahun-tahun ia menanti kedatangan seorang ibu yang akan memanggil namanya dengan suara yang lembut menyayat hati, namun itu belum saja terjadi. Setiap malam bersama nenek Hanifah dia selalu bertanya tentang semua itu dan dia selalu menjawab kalau masa yang felisya rindukan suatu saat pasti akan terjadi.
“nek kenapa ibu tak pernah mencariku?” tanyanya sambil tidur di atas pangkuannya “ibumu sengaja tak mencarimu sampai saat ini nak karna dia kasihan pada nenek, jika kamu di ambil olehnya maka siapa yang akan menemani nenek disini? Apa felisya tega meninggalkan nenek?”
“felisya tidak mau meninggalkan nenek sendiri karna aku sangat sayang pada nenek tapi felisya juga ingin melihat wajah ibuku nek”
“wajah ibumu pasti tak jauh beda dengan wajahmu felisya”
“darimana nenek tau? Apa nenek pernah bertemu dengan ibu”
“nenek tidak pernah bertemu dengan ibumu tapi nenek yakin kalau wajah ibumu tak jauh beda dengan wajahmu yang cantik dan manis ini”. Nenek mencubit pipinku sambil tersenyum memandangku “sudahlah besok lagi kamu bertanya yea nak, sekarang lebih baik kamu tidur karna besok kamu harus berangkat sekolah pagi-pagi”. Felisaya pun mengangguk lalu berbalik arah dan nenekpun tidur terlebih dahulu tapi dia masih saja belum bisa tidur karna dirinya masih memikirkan sesuatu yang membuat mata dan pikirannya terganggu untuk bisa tidur hingga akhirnya felisya bangun dan menatap wajah nenek yang mukanya masih terlihat muda meski usianya sudah tak muda lagi, dia ambilkan kain lalu menyelimuti tubuh kurusnya itu sambil berfikir “seandainya aku bisa menghabiskan malam bersamamu ibu mungkin aku akan sangat bahagia dan nenek akan selalu tersenyum melihatku, sekarang anakmu sudah besar dan cantik tanpa engkau bisa melihat kekurangan dari diriku karna malaikat pengasuh yang Tuhan titipkan kepadaku sangatlah panadai merawatku ibu. Datanglah kepadaku ibu lalu peluk tubuhku dan rasakan perbedaan pada saat kau memelukku sebelum engkau tinggalkan aku dulu, aku sangat merindukanmu, aku tau ibu juga pasti sedang merindukanku disana meski aku tak tau dan tak bisa membayangi wajahmu namun seperti kata nenek kalau ibu itu pasti secantik diriku, apa ibu tau jika nanti ibu datang kepadaku maka aku akan memeluk ibu dengan erat dan menceritakan semua tentang nenek dan tentang desa tempat engkau tinggalkan aku dulu, tapi aku mau minta ma’af pada ibu kalau aku tak pernah membaca surat dari ibu yang pernah engkau selipkan di ranjang bayiku dulu sebelum ibu meningkalkanku karna aku tidak mau tau tentang alasan ibu meninggalkan diriku karna aku juga tak mau alasan yang terpenting adalah aku tau bahwa ibu selalu mencintaiku dan perlu ibu tau kalung emas yang ibu berikan kepadaku itu selalu aku pakai dalam menemani hari-hariku tanpa pernah aku lepaskan dan saat inipun aku sedang memandangnya karna setiap aku memandangnya aku selalu merasakan kasih sayangmu ibu, aku selalu berdo’a kepada Tuhan untuk selalu melidungi ibu dimanapun ibu berada”. Tak tersa setelah felisya melamun panjang ternyata air matanya menetes ke wajah nenek Hnifah hingga membuatnya berbalik kehadapan felisya sambil memeluk tangannya hingga membuat felisya terkejut dan sadar dari lamunannya akhirnya felisya buru-buru tidur sebelum nenek Hanifah bangun dan melihat dirinya menangis.
Pagi hari yang felisya dan nenek Hanifah tunggu telah tiba karna pada hari ini di sekolahnya akan ada pengumuman kelulusan tingkat SMA dan pastinya felisya juga akan merasa degdegan karna hari ini dia akan mengetahui hasil kerja keras yang telah ia lakukan untuk menggapai kelulusan hari ini. Felisya tak menyangka kalau hari ini dirinya akan mengakhiri masa SMA-nya. Hari kelulusan ini juga seperti biasa semua orang tua murid di undang untuk menyaksikan kelulusan anak-anak mereka dan seperti biasa pula untuk keempat kalinya felisya akan merasakan kelulusan dengan di dampingi oleh nenek kesayangannya karna mulai dari kelulusan TK, SD, SMP yang telah felisya lalaui itu hanya bersama nenek Hanifah dan hari ini untuk keleusan SMA.
Seperti biasa juga dari sejak TK samapai SMA kepala sekolah selalu memberikan penghargaan kepada siswa-siswinya yang mendapatkan nilai terbaik dan felisya tak pernah ketinggalan dalam hal itu sebagai penerima penghargaan terbaik sehingga pada saat ia lulus SMP tiga tahun yang lalu pula dia di nobatkan sebagai lulusan terbaik dan mendapatkan Beasiswa untuk melajutkan ke tingkat SMA dan selama  ia meraih semua itu hanya nenek yang menemaninya naik ke atas panggung. Sebenarnya felisya sangat ingin menunjukkan semua itu kepada orang tuanya terutama pada ibunya karna dia tak bisa membayangkan kebahagiaan mereka saat melihatnya mendapatkan semua penghargaan itu, tapi sampai saat ini dia hanya bisa menyakini dirinya sendiri kalau setiap dia mendapatkan penghargaan ibunya pasti menatap dari kejauhan dengan senyuman dan tetesan air mata kebagian.
Bapak kepala sekolah beserta bapak ibu guru telah sampai di sekolah dan semua murid bersama para walinya telah duduk di kursi yang telah di sediakan. Beberapa sambutan telah di sampaikan dan berbagai macam kereasi siswa telah di tunjukkan di atas panggung termasuk kereasi felisya yang selalu terkenal dengan puisi dan drama acting yang selalu dia tampilkan. Setelah drama acting felisya dan teman-temannya di tampilkan kemudian dia di panggil untuk membaca puisi, diapun beranjak dari tempat duduknya dengan langkah yang penuh semangat menuju ke atas panggung dengan membawa selembar kertas yang berisi puisi dengan judul “Meninggalkan Malam Bersamamu” dan di iringi dengan tepuk tangan yang meriah dari para guru, temen-temen dan orang tua wali murid. Dengan percaya diri felisya mengucap salam dan membuka kertas itu lalu mulai membacanya dengan suara yang sangat indah dan menyayat hati
Bintang mulai bertaburan ditemani bulan dengan cahaya cinta
Betapa setianya mereka menemani kegelapan
Bintang cilik menjadi penghias kecantikanmu bila di pandang
Cahaya bulan menerangi gelapnya malam
Ketika engkau tiba wahai malam
Semua ciptaan seakan takut padamu
Begitu pula dengan gadis cilik itu
Suara nyaringnya terdengar menjerit memanggil seseorang
Semua insan hanya mendengar dari kejauhan
Mereka melihat dan mengangkatmu dari ranjang
Siapakah ibu yang melahirkanmu
Meninggalkan malam bersamamu
Engkau gadis yang tak berdosa
Mengapa engakau menangis disisni
Masikah ada cinta dalam hidupnya
Untuk datang memelukmu dalam kegelapan
Hanya kasih sayangmu yang dia rindukan
Sampai setiap malam tiba engkau diimpikan
Wahai orang yang telah melahirkan
Do’a selalu ia panjatkan pada Tuhan yang menciptakan
Walau dia tak tau apakah engkau mendengar dari kejauhan
Cintamu selalu menempel di dadanya
Kalung emas yang engkaku berikan
Dengan nama Felisya yang engkau tuliskan
Kini gadis cilik itu telah dewasa
Masih menanti pelukan kasih dan cinta

Meninggalkan Malam Besamamu
Oleh Azkia Felisya Almira

Air mata mengalir dari pelupuk mata semua orang yang mendengar puisi yang di bacakan oleh felisya karna semua tau kalau puisi itu berisi tetang dirinya yang merindukan pelukan kasih sayang seorang ibu. Felisya pun tak bisa menahan air matanya dan tiba-tiba seorang wanita cantik yang berkulit putih dan bertubuh tinggi dengan balutan busana muslimah memeluknya dari belakang sambil mengatakan padanya “ibu selalu rindu padamu anakku, ibu selalu menyaksikan keceriaanmu sehingga ibu malu untuk mendekatimu karna ibu takut kamu tak akan menerima ibu sebagai orang yang telah melahirkanmu namun setelah ibu mendengar puisimu ibu beranikan diri untuk naik dan memelukmu tapi ibu mau minta ma’af kepadamu kalau selama ini ibu bersama nenekmu tidak pernah mangatakn yang sebenarnya kepadamu karna bila malam tiba ibu selalu mendatangi rumah nenek Hanifah hanya untuk memeluk dan mencium keningmu, tapi untuk hari ini dan seterusnya ibu dan nenek tidak akan pernah berbohong lagi padamu nak”. Felisyapun kaget karna  dia masih tak percaya kalau yang memeluk dan membisikkan kata-kata itu adalah ibunya namun belum jelas ia memandang wajahnya lalu nenek Hanifah datang memeluk mereka berdua “felisya akhirnya mimpimu menjadi kenyataan, kini ibumu telah datang untukmu selamanya dan akan tinggal bersama kita, apa felisya mau mengajak ibumu tinggal bersama kita tanpa engaku memarahi atau memusuhi ibumu? Apakah cerita puisimu itu benar kalau engkau rindu akan cinta dengan peluk kasih sayang ibumu? Jika semua itu benar maka hari ini mimpu akan menjadi kenyataan sayang”. Isak tangis meraka masih terdengar hingga membuat Felisya juga tidak bisa menjawab pertanyaan nenek kesayangannya itu, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil menangis dan turun dari atas panggung bersama ibu dan nenek angkatnya. Setelah beberapa menit acaranya di lanjutkan kembali namun pemandangannya agak sedikit berbeda karna semua orang yang ada di acara itu  masih ada yang mengusap air matanya dan ada yang matanya memerah gara-gara menangis. Acaranya terlihat sangat hening sehingga pada akhirnya acara yang di tunggu-tunggu oleh semua siswa-siswi kelas 3 SMA itu sudah di sebut oleh MC “acara pengumuman kelulusan dan peraih nilai terbaik pada tahun ini akan segera di sampaikan oleh bapak kepala sekolah, kepada yang terhormat Bapak Ahmad Wijayanto, M.pd kami persilahkan” suara yang terucap jelas itu akhirnya membuat semua orang bertepuk tangan dan di hiasi dengan rasa tegang.
“assalamu’alaikum warohmatullahiwabarokatuh” ucap bapak kepala sekolah
“wa’alaikumusslam warohmatullahiwabarokatuh” jawab semua orang yang hadir disana dengan serempak
“waktu yang di tunggu-tunggu oleh para siswa-siswiku kini akhirnya tiba, disini bapak guru tidak akan berpanjang lebar lagi karna ini sudah siang dan cacing-cacing di perut sudah  mulai berkumandang dan berteriak-teriak sambil menendang-nendang” lawak pak guru membuat semua orang tertawa “baiklah saya akan mengumumkan kepada siswa-siwiku yang tercinta mengenai kelulusan kalian dan tahun ini agak berbeda cara pengumumunnya jika tahun kemarin kami dari pihak guru membagikan kelulusan dengan memberikan amplop kepada satu persatu siswa kami namun sekarang saya lansung yang akan mengumumkan siapa yang lulus dan tidak beserta siapa yang mendapat nilai terbaik” ucap bapak kepala sekolah hingga membuat siswa-siswi mendesah dan merasa sangat tegang “baiklah sekarang bapak guru akan mulai mengumumkan siapa yang  lusus dan tidak, lalu berlanjut pada siapa yang mendapat nilai tebaik”
Lalu pak guru mengumumkan dengan suara yang sangat jelas dan lantang “untuk tahun ini pak guru”  bapak kepala sekolah menghentikan ucapannya sehingga membuat semua orang tegang terutama para siswa-siswi beserta para wali murid “tahun ini kita patut bersyukur karana semua siswa siswiku yang sangat saya cintai lulus seratus persen artinya semuanya lulus” mendengar ucapan itu semuanya bertepuk tangan sambil tersenyum lepas dan tidak ketinggalan suara ribut siswa-siswi yang mendengar berita yang sangat membahagiakan itu bersorak hingga semutpun tak berani keluar karna takut di injak oleh mereka “sudah-sudah siswa-siswiku tercinta jangan terlalu berlebihan, sekarang bapak guru akan mengumumkan siapa diantara kalian yang menadap nilai terbaik dan yang akan mendapatkan beasiswa untuk melajutkan studynya dengan geratis atau tanpa biaya sepeserpun” semua siswa terdiam dan mendengarkan apa yang di sampaikan oleh bapak kepala sekolah “kita mulai dari siswa yang mendapat nilai tertinggi ketiga, nilai tertinggi ketiga di raih oleh siswi kami yang bernama Yuli Maulida putri dari bapak Pahrurrozi, S.E dan yang mendapat nilai tertinggi kedua di raih oleh siswa kami yang bernama Ahmad Ferdiansyah putra dari bapak Budianto” tepuk tangan sangat meriah terdengar namun tinggal satu yang belum di sebutkan kepala sekolah yakni peraih nilai terbaik pertama.
“selanjutnya yang terahir adalah peraih nilai tertinggi pertama, sipa kira-kira?” Bapak kepala sekolah bertanya tapi semua orang terlihat seakan tau siapa orang yang akan mendapatkannya karna seperti biasa “pasti si anak cerdas itu yang akan mendapatkannya” gumam para wali murid yang mengenal felisya. Bapak sekolahpun melanjutkan pengumumannya “selain dia mendapatkan beasiswa dia juga mendapatkan hadiah yang sudah lama ia nantikan dan dia adalah Azkia Felisya Almira putri dari ibu Azkia Felisya Syafira dan cucu dari nenek Hanifah” ucap bapak sekolah dengan lantang dan lagi-lagi tepuk tangan yang meriah kembali riuh menghidupkan suasana tetapi ada pemandangan yang membuat semua orang terdiam karna Felisya tak kunjung naik ke atas panggung sebab masih menangis di dalam ruang guru sambil tak mau melepas pelukannya dari tubuh ibunya karna suatu impian terbesarnya kini telah tercapai. Matanya sudah membengkak, tapi bukan hanya dia nenek Hanifah dan ibunya juga masih memelukknya dengan erat “silahkan kepada siswa-siswiku yang sudah saya sebutkan namanya utuk naik ke atas panggung bersama orang tuanya untuk menerima penghargaan” sebut bapak kepala sekolah karna Maulida dan ferdi saja yang sudah berada di atas panggung tapi felisya belum juga terlihat sampai akhirnya dia di jemput oleh salah seorang guru dan membawanya ke atas panggung bersama ibu dan neneknya.
Pembagian penghargaan telah selesai dan semua siswa-siswi bersama wali murid beserta semua guru melakukan foto bersama. Tahun ini adalah tahun pertama bagi felisaya bisa berfoto bersama dengan seorang ibu di hari yang kesekian kalinya ia mendapatkan penghargaan karna biasanya dia hanya bisa berfoto bersama nenek Hanifah saja dan tahun ini menjadi tahun yang tidak akan pernah ia lupakan “terima kasih Tuhan, hari ini engkau telah memberikan penghargaan yang tidak akan pernah aku lupakan selama hidupku” bisik felisya dalam hati.
Para orang tua wali murid berjabat tangan dengan ibunnya felisya sambil memberikan selamat kepada felisya.
Rumah gubuk tempat ia tinggal bersama nenek Hnifah itu sekarang bertambah lagi dengan ibunya tercinta yang sangat ia rindukan. Rumah itu terlihat semakin ceria setelah kedatangan syafira ibu dari felisya.
Untuk pertama kalinya syapira memandangi dengan jelas rumah sederhana yang di penuhi dengan foto dan penghargaan-penghargaan yang telah di raih oleh anak yang pernah ia tinggalkan sendiri di tengah kebun dahulu, sambil meneteskan air mata penyesalan karna telah meninggalkan anak secerdas felisya. “ibu berjanji padamu nak, mulai hari ini ibu akan terus menemanimu kemanapun kamu pergi nak, tak ingin ibu membuang kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada ibu saat ini, ibu akan selalu bersamamu sayang” gumam syafira sambil memeluk foto felisya.
Malam kelahiran felisya tiba dan ibunya merayakannya dengan sangat meriah dengan mengundang semua masyarakat desa dan semua teman-teman felisya. Setelah 17 belas tahun felisya hanya merayakan hari jadinya berdua dengan nenek angkatnya namun kini sangat berbeda karna semua masyarakat desa dan teman-temannya merayakan hari jadinya. Rasa bahagiapun tak bisa di ungkapkan felisya dan nenek angkatnya ketika melihat semua keluarga ibunya datang merayakan hari jadinnya yang ke 18 tahun dan menerima felisya sebagai bagian dari kehidupan mereka yang selama ini mereka tidak pernah terima karna ibunya yang pergi dari rumah dan menikah dengan laki-laki miskin yang tak mereka sukai hingga pada akhirnya suami syafira meninggal dan felisya lahir tanpa seorang ayah.
Kehidupan yang di lewati syapira ternyata lebih pahit dari kehidupan felisya yang hanya di tinggalkan di tengah malam yang gelap dalam kebun namun bisa lansung mendapatkan kasih sayang namun syapira tidak, ketika ia di asingkan oleh orang tuanya dia harus hidup dalam kerasnya cobaan. Setelah di tinggal suami dia harus bekerja sendiri namun tak semudah itu ia bekerja karna orang tuanya yang tak lain adalah seorang bangsawan yang kaya raya itu telah membayar semua orang untuk tidak memberikan pekerjaan padanya sehingga ia harus tega meninggal anaknya untuk memcari pekerjaan di luar kota.

Hari jadi felisya yang ke 18 tahun kini menjadi hari dan tahun pertama ia bertemu dengan ibunya dan semua keluarganya. Kebahagiaan felisya tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata namun ia hanya bisa mengatakan “aku akan terus meninggalkan malam yang indah bersamamu ibu dan bersama semua keluarga kita termasuk nenek hanifah” bisik hati kecilnya sambil memeluk ibu dan nenek beserta semua keluarganya.

Ayuni Anwar. Lahir 31-12-1995, di NTB, Suka bermimpi dan bercanda
PERTANYAANKU PADA MALAM oleh Ayuni

PERTANYAANKU PADA MALAM oleh Ayuni

0
Kehidupan merupakan salah satu hal yang telah di takdirkan tuhan pada mahluk ciptaanya entah itu kebahgiaan maupun kesedihan. Tuhanlah yang menciptakan semuanya dan tanpa di ketahui oleh mahluk manapun tentang sekenario apa yang tuhan buat untuk kita. Kini diriku hidup di tengah gubuk yang masih sangat percaya dengan peninggalan-peninggalan nenek moyangnya seperti seorang anak perempuan yang  belum bersuami tidak boleh terlalu sering keluar di malam hari. Jika seorang perempuan terlalu sering keluar maka itu akan menjadi aip bagi keluarganya dan akan menjadi omongan setiap orang yang mengetahuinya. Tidak banyak yang bisa seorang perempuan lakukan disana, mereka hanya bisa keluar ketika orang tua yang menyuruhnya.
Pada suatu malam aku duduk di teras rumah lalu ayah menepuk pundakku “nak apa yang kamu lakukan disisni?” akupun terkejut karna ayah datang begitu saja dari belakangku “aah ayah buat aku kaget saja, Aku hanya sedang memandangi bintang yang sedang mengelilingi bulan ayah” jawabku dengan jelas namun dengan muka yang masih belum sadar dari lamunan. Ayahku terlihat seperti orang yang sangat bahagia karna senyuman yang manis terpancar dari mukanya yang sudah tak lagi muda, kerutan di wajahnya sudah terlihat jelas meski di pandang dari kejauhan, namun meski begitu ia selalu tersenyum dan selalu membuat anak-anaknya bahagia termasuk diriku. Ayahku yang telah membesarkanku dengan kasih sayangnya yang sangat tulus, ia menjadi pendekar yang tiada duanya di keluargaku karna kelima anaknya perempuan. “owh ternyata sekarang anakku sudah besar yea dan sudah sangat pandai menyembunyikan rahasia dari ayahnya” sambung ayahku sambil menatap mukaku yang terlihat kusam dan mataku yang sedang berkaca-kaca karna sedang memikirkan nasipnya yang menjadi anak terkecil diantara keempat saudara-saudaranya yang sama cantiknya dengan dirinya.
“aah ayah bisa aja menebak pikiran anak cilikmu ini”
“kamu putriku sayang, jadi apa yang tidak bisa ayah lihat dari muka polosmu itu”
“ayah apa boleh putrimu ini bertanya?”
“silahkan saja nak, apa yang mau engkau tanyakan pada pendekarmu ini?”
“pada saat ayah bertemu dengan ibu, apakah ayah lansung suka dan mengajaknya menikah atau ayah berpacran dulu dengan ibu”
“pertanyaan apa ini nak, usiamu masih sangat kecil untuk mengenal yang namanya pernikahan lebih baik kamu belajar dengan baik sebelum kamu menjadi seorang istri dan menjadi seorang ibu nantinya nak”
Jawaban ayah membuatku semakin penasaran karna jika di usiaku yang sudah 16 tahun saja aku masih di anggap anak kecil terus kapan aku akan dewasa. Padahal jika di bandingkan dengan pelajaran pisikologi yang pernah saya pelajari bahwa di usia 15 tahun ke atas maka seorang anak sudah masuk dalam usia remaja. Terus kenapa ayah masih menganggapku anak kecil yang tidak boleh mengetahui masalah pernikahan. Apa pernikahan itu adalah sebuah masalah bagi seorang anak seusiaku untuk mengetahuinya???
“terus kapan aku menjadi anak yang dewasa ayah? Dan kapan aku harus tau tentang pernikahan?” ayahku lagi-lagi tertawa mendengar pertanyaanku tentang pernikahan di malam itu.
“jika waktunya telah tiba maka kamu akan mengetahui semuanya nak, sekarang lebih baik kamu masuk kekamarmu lalu tidur karna tidak baik anak perempuan duduk di teras sediri malam-malam gini”. Ayah tidak menjawab pertanyaanku tapi sambil berjalan ke dalam rumah ia menyuruhku masuk kekamar dan tidur. “yea ayah sekarang putri cilikmu ini akan  masuk”
“cepatan” sambut ayah dari dalam rumah.
Malam sudah semakin gelap bulan dan bintangpun menjadi penghias langit, sejenak aku memandanginya lalu seolah aku bertanya padanya “bulan kenapa engkau selalu setia pada bitang? Kenapa bintang selalu menemanimu setiap malam? Apa karna engkau itu gagah dan bisa memberikan cahaya pada bintang-bintang cilik itu? Jika itu semua benar lalu kenapa kehidupanku disini tidak seperti dirimu bulan? Bulan aku berharap kau bisa menjawab pertanyaanku karna diriku yang sudah sebesar ini masih dianggap anak kecil yang tidak boleh mengetahui permasalahan orang-orang dewasa, apalagi pendekar kesayanganku itu ia selalu saja mengatakan bahwa diriku adalah anak ciliknya yang masih sangat polos dan lugu, apa ia aku masih seperti dugaan orang-orang itu bulan?”. Bulan hanya bisa diam seakan mendengar pertanyaan-pertanyaanku itu namun tak ada jawaban yang ia berikan kepadaku. Hanya diriku yang selalu bertanya pada bulan ketika malam telah tiba meski aku tak pernah diberikan jawaban olehnya tapi aku yakin kalau suatu saat aku akan menemukan jawaban dari seluruh pertanyanku itu.
Kakiku melangkah menuju kamar tidurku karna aku tidak mau membuat pendekar hidupku marah kalau melihat saya terlalu lama melamun di teras. Ranjang tidurku yang sudah di rapikan oleh bidadari kesayangaku (ibu) sudah siap menemani diriku melewati malam dengan mimpi-mimpi indah yang selalu menghiasi tidurku. Kepalaku sudah aku rebahkan di atas bantal kesayanganku sambil berdo’a dan mengatakan pada malam “selamat tinggal malam yang sunyi, aku titip pertanyaanku padamu sampai aku menemukan jawaban yang bisa membuatku berhenti bertanya padamu”. Good night.


Ayuni Anwar. Lahir 31-12-1995, di NTB, Suka bermimpi dan bercanda

KETIKA MAS GAGAH PERGI Oleh YUWAFI RAHMAN

0
Sudah hampir 2 tahun ya ? Hehehe
Masih saja aku ngerasa abang sedang tiduran didepan televisi :D
Masih ingat tidak waktu abang nyuri Cerpen + Puisiku dan diam-diam mengikutkan karyaku disalah satu lomba penulisan tingkat nasional (Seluruh Indonesia), hahahaha :D
Dan apa yang terjadi saat itu ?
Hasil lombanya keluar Cerpen ada diurutan 360-an dan puisi ada di urutan 600-an. waktu itu abang ngakak sejadi-jadinya melihat hasilnya, lalu berkata "Mungkin kakak yang terlalu berharap". saya cuman nyengir-nyengir gg karuan. Hehehe
Semoga Allah memberikan tempat terbaik di sisiNya :(
....
KETIKA MAS GAGAH PERGI Oleh YUWAFI RAHMAN
Aduuh-aduuh Muhsin Tahir kalau kamu tau apa yang sedang adikmu ini lakukan dan perjuangkan sekarang pasti kamu akan bilang "Apapun keinginanmu akan kakak turuti :( " .
Aku sangat merindukanmu, aku ingin sekali merenget minta uang jajan lagi dipangkuanmu, aku sangat ingin bisa lagi nyenger karena tak dituruti kemaunnya.
Ini untukmu Muhsin Tahir,
Ini sebuah kata-kata pengobat rindu  untukmu abang:

KETIKA MAS GAGAH PERGI
(Yuwafi Rahman)
Sekat penghalang sudah terbentang
Seolah-olah menghalangi ku menggapai masa depan
Memnjarakanku erat mengikat tak ingin lepas
Melumpuhkanku disetiap titik lengahku
Nada dalam hati berdetak tak senada lagi
Mengejekku beranjak meninggalkanku pergi
Membutakan tatapan senja seterang purnama dilangit hitam
Puing-puing kesakitanku menghuajam menghantam
Senyum dan tawa mengurai bahagia sudah sirna
Sesak lelah menyiksa raga
Harapku akan mejadi putih diatas hitam
Tapi tak dianya aku menghitamkan putih disekitar hitam
Sebongkah keberanian terlelap dalam kegelapan
Haruman rindu menyapa kalbu
Mengisaratkanku untuk bertamu
Melangkahkan kaki menuju batu nisanmu
Yang berukirkan hitam diatas putih tertulis namamu